Wednesday, December 26, 2007

end year notes..

sehari selepas natal, nggak ada salahnya gue mengucapkan selamat natal bagi kalian yang cukup malang untuk mampir ke blog ini..

menjelang tahun baru, selain menyusun resolusi, gue ingin menutup dengan keluh-kesah (seperti biasa). kali ini temanya (maaf) agak serius, yaitu keprihatinan bagi negara ini yang katanya menjunjung tinggi toleransi bermasyarakat, khususnya beragama. nggak usah antar-agama dulu, yang agamanya sama saja masih sering gontok-gontokan: berebut tempat ibadah, saling bilang sesat, mengklaim dirinya tuhan, dsb. begitulah cerita yang gue lihat di berbagai media berita sampai jenuh. dan seperti sudah menjadi tradisi orang indonesia, nggak akan lengkap dan seru kalo nggak berbuat anarkis..

untungnya (atau sayangnya?) gue bukanlah orang yang taat beragama. jauh sekali dibilang fanatik. bahkan ada teman yang bilang agama gue cuma di ktp, dan gue sama sekali nggak tersinggung kok. tapi, gue tetap berusaha berbuat baik, berdoa, dan try to do something good to/for everyone. itu yang menurut gue jauh lebih penting dari sekedar menunjukkan pilihan agama kita apa atau bagaimana rajinnya kita beribadah. do good things, itulah yang paling penting..

berita-berita sepanjang tahun ini masih didominasi cerita-cerita yang buruk seputar indonesia dan juga jakarta. nggak perlu sejauh itu, karena berdasarkan pengamatan pribadi gue sendiri cukup membuat gue heran: mengapa orang indonesia mempunyai tendensi untuk mempersulit diri sendiri, atau bahkan bisa dibilang bunuh diri? kesadaran sosial atau bertenggang rasa (seperti yang dulu didoktrin kepada kita lewat pelajaran pmp) tampaknya sudah hampir punah. yang sekarang diutamakan adalah eksistensi/dominasi diri atau pihak tertentu dan pembedaan bagi berbeda. Kok aneh, yang mayoritas justru takut kepada minoritas..

lain cerita lagi, gue pernah baca kolom opini sebuah majalah (gue lupa namanya) yang berisi keprihatinan bahwa di bali makin banyak dibangun mesjid/mushola yang menggunakan pengeras suara di atas menara. ketika adzan atau ceramah, suaranya pasti terdengar ke mana-mana. padahal, orang bali tentunya ingin beribadah dalam suasana yang tenang. setidaknya itu yang gue tahu dari istri gue, karena dia orang bali dan beragama hindu. walau sudah nggak pernah ke bali, dia pun sangat prihatin dengan hal ini..

keprihatinan lainnya adalah ketika ada pembangunan masjid/mushola di jakarta (atau mungkin daerah lainnya). para pengurus, santri, atau relawan dengan bebas meminta sumbangan di jalan, terkadang memaksa dan bikin macet jalanan. sebaliknya, seperti yang diceritakan sahabat gue, dia prihatin sekali karena ada suatu daerah di tempat dia yang diberi papan tanda “tolak pembangunan gereja di lahan ini”. kenapa takut banget ya? bikin pos preman berkedok partai, suku, atau pembela agama malah bebas..

belakangan ini, gue juga melihat makin banyak kaum perempuan yang menggunakan kerudung/jilbab. makin banyak pula instansi pemerintah dan bidang usaha lainnya yang membolehkan, bahkan mewajibkan hal ini. keprihatinannya adalah turunnya minat (perempuan) untuk menggunakan pakaian tradisional, misalnya kebaya dan konde jawa. toh gue lihat kerudung ini tidak menjamin bahwa kepribadian pemakainya lebih baik dari yang tidak memakai. tetap saja banyak yang buang sampah sembarangan, tidak disiplin di jalan, atau pakai helm nggak benar, dsb. orang jakarta tetap saja parah dan makin parah..

tapi, ada sebuah artikel di harian kompas yang menurut gue sangat menggugah dan menyisakan rasa optimis gue, bahwa harapan masih ada. artikelnya membahas bagaimana sebuah mesjid dan sebuah gereja jawa didirikan berdampingan di suatu tempat di malang. bahkan mereka menggunakan satu alamat yang sama, tidak dibedakan. mesjid dan gereja ini telah berdiri bersama bertahun-tahun lamanya. mereka saling toleransi dan membantu jika salah satu pihak mengadakan acara ibadah. sungguh teladan yang baik bukan?

inilah beberapa opini gue. bukan karena gue non-muslim, tapi lebih sebagai individu dalam masyarakat indonesia yang katanya beragam tapi tetap satu. sekali lagi, kalo anda tersinggung dengan opini ini, ya terserah, ini blog gue kok..

harapan gue adalah semoga kita semua ini diselamatkan dari segala nasib sial. semoga negara terkutuk ini cepat sembuh, khususnya kota jakarta laknat ini. mulailah bertobat dengan hal-hal kecil saja dulu, nggak usah muluk-muluk. berani berbeda, berbuat yang baik-baik, dan berharap anak-anak kita nggak meniru dosa-dosa kita..

so, merry christmas everyone..

catatan tambahan: opini serius berikut gue mungkin akan mengambil topik betapa orang jakarta makin kasar. nantikan keluh-kesah gue mengenai pengalaman gue berinteraksi dengan berbagai jenis orang yang tinggal di jakarta dan bagaimana sikap ramah menjadi hal yang mahal hingga harus “dibeli”..

2 comments:

Restituta Arjanti said...

ayo update blognya!!!!

Anonymous said...

Yes if the truth be known, in some moments I can say that I agree with you, but you may be making allowance for other options.
to the article there is stationary a definitely as you did in the fall issue of this beg www.google.com/ie?as_q=goldwave digital audio editor 5.22 ?
I noticed the axiom you procure not used. Or you functioning the dark methods of promotion of the resource. I have a week and do necheg